Rabu, 25 Agustus 2010

Kekuatan Manusia

"He who stops being better stops being good. – Siapa yang tidak menjadi lebih baik berarti ia berhenti menjadi baik." Oliver Cromwell, Politikus Inggris (1599-1658)


Tak cukup hanya menjadi baik, karena kita harus berusaha untuk selalu lebih baik dari sebelumnya. Terus belajar dan segera menjalankan langkah-langkah perbaikan adalah cara untuk selalu lebih baik. Belajar tak harus selalu dari bangku sekolah elit atau buku-buku mahal, melainkan belajar dari kehidupan sehari-hari, pengalaman diri sendiri maupun orang lain, dan lain sebagainya.

Saya senang belajar dari buku, entah buku kuno ataupun terbitan baru, karena dari sanalah saya memetik banyak pelajaran hidup berharga. Salah satu falsafah hidup yang memperluas wawasan hidup saya adalah catatan surat-surat, konon ditulis oleh Zhuge Liang (181-234) untuk anaknya. Zhuge Liang adalah seorang pakar perang dan kemiliteran ternama pada masa San Guo (Sam Kok) di jaman Tiongkok Purba.

Zhuge Liang alias Kong Ming gemar membaca, dan menguasai bermacam ilmu pengetahuan diantaranya ilmu geologi, sejarah, sampai strategi perang. Di usia 27 tahun ia diangkat Raja Shu (Liu Bei) sebagai penasehat kerajaan. Selama menjadi penasehat, Zhuge Liang pernah menulis sebuah surat kepada anaknya. Isi surat yang ditulis 1.800 tahun yang lalu itu sarat dengan dengan kebijakan yang tak lekang oleh waktu dan perubahan, diantaranya berisi tentang 10 kekuatan manusia, yaitu;



Kekuatan Keheningan
Keheningan membantu kita menenangkan diri untuk menjernihkan pikiran. Ia menjelaskan bahwa suasana hening membantu kita melakukan introspeksi diri, mengevaluasi segala tindakan, dan menumbuhkan tekad untuk memperbaiki diri. Ia juga menegaskan bahwa kunci keberhasilan dalam belajar adalah keheningan, sebab dalam keheningan kita dapat menelusuri apa sebenarnya visi dan misi hidup kita.
Kekuatan Hidup Hemat
Zhuge Liang memberikan petunjuk bahwa hidup bersahaja akan menyelamatkan diri kita agar tidak diperbudak oleh materi. Hidup sederhana menurut sang penasehat ini membentuk diri kita menjadi manusia yang lebih bermoral. Jangan terseret dalam pola hidup boros, sebab pola hidup boros suatu saat dapat mengubur kita kedalam tumpukan hutang dan puing-puing kehancuran.

Kekuatan Membuat Perencanaan
Dalam surat-surat itu Zhuge Liang menegaskan tentang pentingnya merencanakan hidup. Fail to plan means plan to fail – Gagal merencanakan berarti merencanakan untuk gagal. Dengan melakukan perencanaan yang baik, maka kita akan dapat menempatkan prioritas dengan baik pula. Sebaliknya, tanpa perencanaan yang baik akan selalu membuat kita gagal menyelesaikan apapun yang kita kerjakan.
Kekuatan Belajar
Zhuge Liang dalam suratnya menyebutkan bahwa keheningan memaksimalkan pencapaian hasil dari tujuan belajar. Ia meyakini bahwa kemampuan manusia bukan berasal dari pembawaan sejak lahir, melainkan merupakan hasil dari proses pembelajaran yang dilakukan dengan konsisten. Oleh sebab itu ia menyarankan agar kita tak pernah berhenti belajar sampai kapanpun. Sementara dalam proses pembelajaran, kerendahan hati akan sangat membantu kita menyerap dengan mudah ilmu pengetahuan yang dibutuhkan.

Kekuatan Nilai Tambah
Nasehatnya ini menekankan kita agar lebih banyak memberi, karena hal itu akan membuat kita lebih banyak menerima. Oleh sebab itu kita harus berusaha untuk selalu memberikan yang terbaik untuk orang lain, diantaranya kepada keluarga, kerabat, teman, konsumen, mitra bisnis, dan lain sebagainya. Bila kita mampu memberikan sesuatu yang ekstra atau nilai tambah terhadap apa yang dibutuhkan orang lain, tentu saja mereka akan senang, merasa tersanjung dan terpesona. Tak heran jika selanjutnya mereka ingin selalu menjalin hubungan yang menguntungkan bagi Anda.

Kekuatan Kecepatan
Beliau menesehat anaknya agar tidak menunda-nunda pekerjaan karena penundaan artinya menghambat usaha kita mencapai visi dan misi secepat mungkin. Ia menandaskan agar kita menjalankan segala sesuatu dengan efektif dan efisien waktu. Dalam hal ini sangat dibutuhkan kemampuan memanajemen waktu. Jika perlu, satu hal dilakukan bersama-sama dengan tim agar lebih cepat terselesaikan, "Alone we can do so little; together we can do so much. – Sendiri kita menyelesaikan sedikit pekerjaan; bersama kita kerjakan sangat banyak pekerjaan," kata Hellen Keller.

Kekuatan Karakter
Zhuge Liang menasehati anaknya agar membiasakan diri tidak bersikap tergesa-gesa, sebab segala sesuatu memerlukan proses. Kehati-hatian dalam bersikap dapat membentuk sebuah karakter yang utuh. Dalam pepatah bangsa Tionghoa dikatakan, "Diperlukan waktu hanya sepuluh tahun untuk menanam dan memelihara sebatang pohon, tapi memerlukan waktu paling sedikit 100 tahun untuk membentuk sebuah watak yang utuh."
Kekuatan Waktu
Dalam suratnya Zhuge Liang menginginkan anaknya menghargai waktu. Sebab waktu berlalu sangat cepat, tak jarang ikut mengikis semangat dan cita-cita kita. Oleh sebab itu manajemen waktu dengan baik, jangan pernah menyia-nyiakan waktu dengan melakukan aktifitas yang kurang bermanfaat.

Kekuatan Imaginasi
Zhuge Liang memberikan nasehat supaya kita berpikir jauh ke depan, agar kita tidak tertinggal oleh jaman yang terus berkembang. Imajinasi tentang masa depan dikatakannya lebih kuat dari pengetahuan. Hal ini juga pernah diucapkan oleh Albert Einstein, "Imagination is everything. It is the preview of life's coming attractions. – Imajinasi adalah segalanya. Imajinasi adalah penarik realitas yang akan datang."
Kekuatan Kesederhaan
Sang penasehat ini mencontohkan kekuatan kesederhanaan dalam setiap surat-suratnya yang singkat dan mudah dimengerti tetapi sarat tuntunan hidup positif. Tidak ada teori atau tuntunan hidup yang muluk-muluk, melainkan kebijaksanaan hidup yang sederhana. Begitupun jika kita ingin menghasilkan prestasi hidup yang luar biasa, tak perlu menggunakan teori yang rumit. Sekalipun tindakan atau langkah-langkah yang kita lakukan sederhana tetapi jika dilakukan dengan konsisten maka kita akan mudah meraih visi dan misi. "Success is the sum of small efforts, repeated day in and day out. – Sukses merupakan kumpulan dari tindakan-tindakan sederhana, diulang terus setiap hari." Kata Robert Collier, penulis buku terlaris.

Itulah beberapa inti pesan dalam surat-surat Zhuge Liang, yang ditujukan untuk anaknya agar ia mampu berpikir, bersikap dan bertindak lebih baik dari hari ke hari. Kita dapat menyerap pemikirannya untuk menjadi yang terbaik. Jika kita berhasil melakukan yang terbaik artinya kita akan semakin dekat dengan kehidupan yang kita inginkan, kehidupan yang indah.

* Andrew Ho adalah seorang pengusaha, motivator, dan penulis buku-buku best- seller.


from: gazoline.blogspot.com

Open Your Mind

SUATU ketika seorang mahasiswa tingkat undergraduate mengetuk ruang kerja saya di Bevier Hall– University of Illinois, Amerika Serikat (AS).

Sebagai teaching assistant di kampus itu, saya bertugas menggantikan seorang profesor yang mengajar mata kuliah consumer economics. Selain mengajar, saya juga membuat sebagian soal ujian dan memeriksanya. Dengan mimik penuh percaya diri, dia menyampaikan masalahnya. Dia menunjuk lembar jawaban soal yang terdiri atas pilihan berganda (multiple choice) yang baru saja dia terima.Nilai yang dia dapat tidak terlalu jelek,tetapi dia kurang puas dan mengajak saya berdiskusi, khusus pada sebuah soal yang dianggapnya terbuka untuk didiskusikan. Setelah membacanya kembali, tiba-tiba saya tersadar, soalnya memang konyol sekali.

Pertanyaannya kurang lebih seperti ini. "Berapa lama rata-rata rumah tangga menggunakan handuk mandi?" Tentu saja setiap orang punya jawaban yang berbeda-beda. Namun karena mata kuliah ini didasarkan atas hasil riset, maka mahasiswa harus menguasai dasardasar perilaku konsumen yang datanya diperoleh secara riil dari riset. Jawabannya semua ada di buku teks. Jadi kalau buku dibaca atau bahan kuliah dipelototi, pasti mereka mudah menemukan jawabannya. Di buku teks jawaban tertulis, rata-rata rumah tangga mengonsumsi handuk selama delapan tahun. Dia memilih jawaban dua tahun.Tentu saja saya mencoretnya.

Bagi seorang guru, menemukan murid seperti ini mungkin biasa saja. Namun cerita berikut ini mungkin dapat mengubah pandangan Anda tentang cara mendidik atau bahkan membimbing orang lain, karyawan,atau bahkan diri sendiri agar berhasil dalam hidup.






Kekuatan Argumentasi

Mahasiswa saya tadi mengajak saya berdiskusi, "Prof," ujarnya. "Jawaban ini salah." Saya mengernyitkan dahi.Maklum, belum pernah saya mendengar seorang mahasiswa di tingkat persiapan berani-beraninya menyalahkan soal, apalagi menyalahkan isi buku. "Maksud saya, setelah saya tanya-tanya ke kiri-kanan, tak ada orang yang menyimpan handuk mandi sampai 8 tahun,"lanjutnya.

"Jadi berapa tahun?" tanya saya. "Yadua tahun.Ini jawaban saya benar,"katanya lagi. Saya pun teringat dengan cara teman-teman saya sewaktu kuliah dulu mengakali dosen yang "lemah". Dosen seperti itu biasanya gampang diajak kompromi dan kalau kita pintar mengambil hatinya, angka bisa berubah.Maka,di kepala saya,berkompromi bukanlah karakter saya. Berkompromi sama dengan kelemahan, lembek, merendahkan martabat, plinplan. "Jadilah guru yang teguh." Kalimat itu terus mengalir di hati saya. Kompromi itu jelek, lemah, tidak konsisten, tidak berwibawa. "Ah, kamu ini cuma cari pembenaran saja. Ini justifikasi namanya.Pokoknya jawaban Anda salah.

Apa Anda tidak baca buku. Coba buka halaman 40," ujar saya pada mahasiswa tadi. "Betul,"katanya lagi. "Di buku memang tertulis begitu.Saya tahu." "Ah, Anda tidak baca saja…," ujar saya lagi. "Bukan, tetapi ini tidak masuk akal." Dia mencoba menjelaskan.Namun sebagai orang Indonesia yang terbiasa dididik tanpa kompromi di sekolah, saya mencoba untuk tidak mendengarkan argumentasinya. Saya khawatir wibawa saya terganggu. Dosen kokdidebat. Namun dia tetap menjelaskan panjang lebar bahwa sekarang tidak ada lagi handuk yang seawet itu.

Dua tahun sudah rusak."Dulu sabunnya tidak sekuat yang sekarang, lagipula mana ada produsen yang mau membuat handuk dengan material yang kuat dan harganya mahal? Konsumen memilih yang terjangkau dan produsen memilih barang-barang yang murah.Kalau cepat rusak tak apa-apa,setelah itu beli lagi,"katanya bersemangat. Matanya berbinar menjelaskan gagasannya dan penuh harap saya mau mengubah pendapat saya. Saya masih ingat dia menjelaskan tentang mesin cuci yang dulu tidak dipakai rumah tangga sehingga tidak merusak material. Lama kita berdebat dan sebenarnya saya suka mempunyai peserta didik yang kritis seperti itu. Namun, sebagai guru dari Indonesia, saya tidak suka ditawar-tawar.

Ini soal integritas. "Nope," jawab saya menolak permohonannya agar saya mengoreksi nilainya. Dia pun keluar dengan kecewa. Saya berpikir, urusan pun selesai. Namun, di luar dugaan, setengah jam kemudian dia kembali lagi. Kali ini dia datang diantar profesor saya.Seperti tak ada masalah sama sekali profesor itu datang dengan penuh senyum. "Rhenald,"ujarnya. "I talk to this guy, and I like his idea." Sudah tahu arahnya, saya pun segera menukas."Yes, he did talk to me, and indeed he was wrong. He didn't give the right answer," ujar saya.

"Saya mengerti," jawab profesor itu,"Tapi perhatikan ini.Saya suka cara berpikirnya. Dia memang memberi jawaban yang berbeda dengan buku, tetapi argumentasinya kuat dan dia benar." Singkat cerita, profesor itu meminta saya agar mendengarkannya dan memahami logika anak itu. Kejadian itu sekali lagi telah membuka pikiran saya. Betapa memalukannya otak reptil saya. Guru kok tertutup. Namun, saya beruntung segera menyadari kesalahan saya. Saya belajar bahwa saya menganut nilai-nilai yang salah.Tertutup, tak berkompromi, tegas, teguh, terlalu mengedepankan wibawa hanyalah merupakan bentuk defensif saya sebagai guru yang sebenarnya hanya perwujudan dari rasa takut yang berlebihan saja.

Takut dibilang lembek, kompromistis, mudah dirayu, tidak objektif,dan sebagainya.Pendapat yang semula saya tentang kini harus saya terima dan nilai anak itu saya koreksi. Bahkan seperti penjual kacang rebus yang suka menambah kacang ke dalam bungkusan pelanggannya, saya pun memberikan bonus angka kepadanya. Mendidik adalah lebih dari sekadar menjaga imej.

Mendidik adalah proses menjadikan orang lain seorang "master" dan bukan menciptakan pengikut.Yang ingin kita lahirkan adalah manusia yang mampu berpikir,terbuka terhadap logika. Bukan manusia-manusia dogmatik yang hanya mengikuti maunya kita,menulis apa yang kita diktekan, berpendapat apa yang menjadi pikiran kita, dan tak bisa menerima perbedaan pendapat. Malas berpikir.

Keluar dari Buku

Kisah anak-anak yang tak mampu berpikir di luar buku teks sudah banyak kita saksikan. Salah satu film yang paling saya suka dan selalu saya pakai untuk mengajari dosen-dosen muda menjadi pendidik adalah potongan film yang dibintangi Julia Roberts berjudul Monalisa Smile. Dalam film itu dikisahkan kesulitan seorang guru yang mengajar karena setiap kali dia menampilkan slide yang diambil dari buku, selalu disambar muridmuridnya yang berebut menjelaskan.

Dia benar-benar bingung. Muridnya aktif-aktif dan pintarpintar. Mereka sudah membaca assignment sebelum pelajaran dimulai.Mereka benar-benar telah mempersiapkan diri dengan baik sebelum masuk kelas dengan membaca, membuat ringkasan, dan memiliki kepercayaan diri yang kuat dan aktif berbicara. Hari pertama mengajar dia gagal total. Namun minggu berikutnya, setelah merenungi dalam-dalam, dia mendapatkan ide. Kali ini dia mengajak muridmuridnya keluar dari buku teks. Dia menunjukkan slide yang sama sekali baru.Tak ada di buku dan bahan ajarannya sama sekali baru. "Coba lihatlah gambar ini. Apakah ini bagus?" Semua murid tertegun.

Gambar itu belum pernah mereka lihat dan tanpa referensi mereka tidak punya acuan sama sekali.Padahal, selama ini mereka hanya mengikuti perintah buku. Gambar itu bagus kalau kalimat di buku berkata gambar itu bagus. Sekarang saat gambar itu tak ada penjelasannya, mereka pun tak berani berpendapat. Mereka saling lihat kirikanan. Seorang yang mencoba menjawab kebingungan. "Apakah ada gambar yang bagus?" "Siapa yang berhak mengatakannya?" "Sesuatu yang bagus itu akan menjadi bagus tergantung siapa yang mengatakannya." Mereka terbelah. Ibu guru pun menjelaskan wisdom-nya. "Look, kalian baru saja keluar dari cara berpikir buku teks," ujarnya.

Dia mengajarkan perihal kehidupan, yaitu berani berpendapat dan membuat keputusan pribadi. Apa yang dapat dipelajari dari film Monalisa Smile dan kasus yang saya alami saat saya menjadi teaching assistant di University of Illinois dan berhadapan dengan mahasiswa yang minta agar saya mengoreksi jawaban soalnya 15 tahun yang lalu itu? Benar! Kita adalah manusia dan tugas guru adalah mendidik manusia,memerdekakannya dari segala tekanan, dari perilakuperilaku buruk, dari pikiranpikiran negatif, dari rasa sok pintarnya yang sesungguhnya belum apa-apa, dari belenggu-belenggu dogma, dan mengajaknya melihat keindahan dari apa yang diciptakan Tuhan.

Dari semua itu,yang terpenting adalah bagaimana kita hidup dengan otak yang terbuka dan mengajarkan keterbukaan. Bukankah otak kita bekerjanya seperti parasut, yang artinya dia baru bisa dipakai kalau dia mengembang dan terbuka? Itulah yang saya ajukan selama ini kepada anak-anak didik saya dan terbukti mereka mampu menjadi orang-orang yang hebat. Itu pula yang saya sharing-kan kepada para guru dan dosen. Sebagian orang cepat mengubah diri, tapi sebagian pendidik lain tidak peduli dengan cara ini. Mereka tetap ingin mengajar dengan cara-cara dogmatik. Ingin dipuja tanpa argumentasi,tak mau mendengarkan, takut dibilang lembek, dan ingin diterima bak seorang ulama besar yang tak terbantahkan. Itulah hidup, tak semua orang mau berubah. Namun Anda tak perlu cemas.

Orang-orang seperti itu sudah pernah menyurati saya dengan amarah berlembar-lembar. Mereka menembaki saya dengan ratusan peluru. Di antara suratsurat cinta mereka pun ada yang berisi ancaman, memperingatkan saya dan mengusir dari keguruan ini. Namun saya berkeyakinan, seorang pendidik sejati tak akan menyerah oleh ancaman-ancaman kosong. Dia tak berorientasi pada persaingan, melainkan pada masa depan anak-anaknya.(*)

*) Rhenald Kasali, Ketua Program MM UI

Selasa, 03 Agustus 2010

Yakinlah Anda Bisa


Ingatlah ketika Anda masih kecil, dan mencoba belajar berjalan. saya yakin anda mengalami seperti ini:

Pertama Anda harus belajar untuk berdiri: sebuah proses yang melibatkan seluruh tubuh, jatuh lalu kembali berdiri. Anda kadang tertawa serta tersenyum, tapi dilain waktu anda menangis dan meringis karena sakit. Entah, seperti ada tekad dan keyakinan dalam diri Anda bahwa Anda akan berhasil, apa pun dan bagaimanapun. Anda punya motivasi dalam diri Anda

Setelah banyak berlatih akhirnya Anda mengerti bagaimana keseimbangan diri Anda, sebuah persyaratan untuk kejenjang berikutnya. Anda menikmatinya dan seolah-olah punya kekuatan baru, punya motivasi baru. Anda akan berdiri dimana Anda suka – di tempat Anda, di sofa, di pangkuan ibu Anda, Bapak anda, atau pun seseorang. Itu adalah waktu yang menggembirakan – Anda melakukannya! Anda dapat mengontrol diri Anda. Anda tersenyum dan tertawa lucu, puas akan keberhasilan Anda. Sekarang – langkah berikutnya – berjalan. Anda melihat orang lain melakukannya – ini keliatannya tidak terlalu sulit – hanya memindahkan kaki Anda saat Anda berdiri, kan?

Salah – ternyata lebih kompleks daripada yang Anda bayangkan. Anda berurusan dengan rasa frustasi. Tapi Anda terus mencoba, mencoba lagi dan mencoba lagi dan lagi sampai Anda tahu bagaimana berjalan. Anda selalu ingin kedua tangan anda diberi pegangan saat berjalan.

Jika orang melihat Anda berjalan, mereka akan bertepuk tangan, mereka tertawa, mereka akan memberi semangat, “Ya Tuhan, lihatlah apa yang dia lakukan”. “Oh anakku sudah bisa berdiri”. “pandainya anakku, pintarnya anakku” dan lain-lain. Dorongan ini memicu Anda; dorongan itu menambah rasa percaya diri Anda. Dorongan itu memotivasi Anda

Namun meski begitu, Andapun mencoba berjalan saat tak ada yang melihat Anda, saat tak ada yang bersorak-sorai? Setiap peluang ada, Anda berlatih untuk berjalan. Anda tidak bisa menunggu seseorang untuk memotivasi Anda untuk mengambil langkah-langkah berikutnya. Anda belajar bagaimana untuk memotivasi diri sendiri.

Jika kita bisa mengingat hal ini tentang diri kita di hari ini.

Ingat bahwa kita bisa melakukan apapun yang kita pikiran. Kita mampu mengatur jika kita mau dan bersedia melewati proses, seperti ketika kita belajar berdiri, seperti ketika kita belajar berjalan. Kita tidak perlu menunggu orang lain untuk memotivasi kita, kita perlu memotivasi diri kita sendiri.

Jika Anda sudah lupa bagaimana melakukan hal ini, atau merasa seperti beku, kaku dan gamang. Maka Anda membutuhkan motivasi, ambillah kembali perjalanan singkat dalam hidup Anda yang telah lewat – Lihatlah prestasi Anda, tidak peduli prestasi besar atau prestasi kecil – atau saat-saat dimana Anda bertemu dengan tantangan dan menemukan cara untuk berhasil. Ulanglah keberhasilan itu saat ini, saat anda menghadapi permasalahan yang sedang anda hadapi.

Fokus pada semua hal yang Anda pikir Anda tidak bisa lakukan, kemudian lakukanlah. Lihatlah buah hati anda. Mereka tidak pernah menyerah. Dan mereka yakin serta percaya terhadap anda, bahwa anda mampu dan bisa. Mereka percaya di dalam semua kehidupan Anda!

Sekarang Anda harus percaya pada diri Anda! Yakinkan pada hati Anda Bahwa Anda pasti bisa.

“Ingat, hari ini adalah hari terbaik dalam hidup Anda, milikilah masa depan yang indah, dengan membuat perubahan hari ini!

Marlene – Resensi.net

Juara Bukan Segalanya


Hampir 6 tahun aku mengikuti kegiatan KARATE, selama itu pula aku telah di tempa dan di bina hingga menjadi seorang atlit.
Senpai-ku telah memberikan apa yang dia mampu untuk mencetak atlit2 tebaik nya…
Dia selalu mengatakan “Juara Bukan Segalanya Tapi Berjiwa Mulia itu yang Utama”, pekataan itu selalu terngiang di telinga ku hingga membekas dalam hati.

“Untuk apa kalian berlatih jika mental kalian jelek, percuma, karate bukan tempat orang yang cengeng,sok jagoan, senpai nggak perlu itu.
kalian berlatih pukul ,tendang, banting buat apa ? Buat jadi jagoan, Karate bukan buat itu tapi bisa memahami dan melaksanakan Sumpah Karate. Lebih dari itu tujan akhir dari ini adalah mental baja dengan semangat Bushido supaya Hati kalian Bersih”

setidaknya perkataan itu yang masih ku ingat dengan jelas.

untuk semua Atlit…..
Jangan Berfikir Kita Harus Menang Tapi Befikirlah Kita Harus Bermental Baja…….

Thanks…..
Ikhlas from Sidoarjo……

Dikirim oleh :

Ikhlas purwanto



mistar7@*****.***

Memelihara Mimpi


Sebelum sebatang pohon dapat tumbuh tinggi, terlebih dahulu ia harus menanamkan akarnya jauh ke dalam tanah, demi memperoleh zat gizi. Sama dengan mimpi anda. Bila anda ingin impian berubah menjadi kenyataan, anda harus mencari cara untuk memberi makan dan memelihara mimpi anda.

Sangat tidak realistis untuk berharap bahwa anda dapat mencapai bintang, tanpa terlebih dahulu menanam akar dalam tanah padat. Bermimpi itu gampang – sesuatu yang hidup di alam khayal. Namun mewujudkannya di alam nyata membutuhkan perjuangan keras.

Tanpa akar yang kuat, bahkan pohon tertinggi dan berbesar – akan tumbang. Tanpa terus belajar, bersikap disiplin, memelihara integritas, komitment, ketabahan, kesabaran, dan usaha – bahkan mimpi yang paling mungkin dan paling hebat – akan tumbang.

Mimpi dan tujuan anda memerlukan pemeliharaan. Tanamkan akar mimpi
anda sedalam dan selebar mungkin – hingga tidak ada batas setinggi
tas apa anda akan jangkau…

Kisah Cinta Seorang Anak


Dua puluh tahun yang lalu saya melahirkan seorang anak laki-laki,
wajahnya lumayan tampan namun terlihat agak bodoh. Sam, suamiku,
memberinya nama Eric. Semakin lama semakin nampak jelas bahwa anak ini
memang agak terbelakang. Saya berniat memberikannya kepada orang lain
saja.

Namun Sam mencegah niat buruk itu. Akhirnya terpaksa saya
membesarkannya juga. Di tahun kedua setelah Eric dilahirkan saya pun
melahirkan kembali seorang anak perempuan yang cantik mungil. Saya
menamainya Angelica. Saya sangat menyayangi Angelica, demikian juga
Sam. Seringkali kami mengajaknya pergi ke taman hiburan dan
membelikannya pakaian anak-anak yang indah-indah.

Namun tidak demikian halnya dengan Eric. Ia hanya memiliki beberapa
stel pakaian butut. Sam berniat membelikannya, namun saya selalu
melarangnya dengan dalih penghematan uang keluarga. Sam selalu
menuruti perkataan saya. Saat usia Angelica 2 tahun, Sam meninggal
dunia. Eric sudah berumur 4 tahun kala itu. Keluarga kami menjadi
semakin miskin dengan hutang yang semakin menumpuk. Akhirnya saya
mengambil tindakan yang akan membuat saya menyesal seumur hidup. Saya
pergi meninggalkan kampung kelahiran saya beserta Angelica. Eric yang
sedang tertidur lelap saya tinggalkan begitu saja. Kemudian saya
tinggal di sebuah gubuk setelah rumah kami laku terjual untuk membayar
hutang. Setahun, 2 tahun, 5 tahun, 10 tahun.. telah berlalu sejak
kejadian itu.

Saya telah menikah kembali dengan Brad, seorang pria dewasa. Usia
Pernikahan kami telah menginjak tahun kelima. Berkat Brad, sifat-sifat
buruk saya yang semula pemarah, egois, dan tinggi hati, berubah
sedikit demi sedikit menjadi lebih sabar dan penyayang. Angelica telah
berumur 12 tahun dan kami menyekolahkan dia di asrama putri sekolah
perawatan. Tidak ada lagi yang ingat tentang Eric dan tidak ada lagi
yang mengingatnya.

Tiba-tiba terlintas kembali kisah ironis yang terjadi dulu seperti
sebuah film yang diputar dikepala saya. Baru sekarang saya menyadari
betapa jahatnya perbuatan saya dulu.tiba-tiba bayangan Eric melintas
kembali di pikiran saya. Ya Eric, Mommy akan menjemputmu Eric. Sore
itu saya memarkir mobil biru saya di samping sebuah gubuk, dan Brad
dengan pandangan heran menatap saya dari samping. “Mary, apa yang
sebenarnya terjadi?”

“Oh, Brad, kau pasti akan membenciku setelah saya menceritakan hal
yang telah saya lakukan dulu.” aku menceritakannya juga dengan
terisak-isak. Ternyata Tuhan sungguh baik kepada saya. Ia telah
memberikan suami yang begitu baik dan penuh pengertian. Setelah tangis
saya reda, saya keluar dari mobil diikuti oleh Brad dari belakang.
Mata saya menatap lekat pada gubuk yang terbentang dua meter dari
hadapan saya. Saya mulai teringat betapa gubuk itu pernah saya
tinggali beberapa bulan lamanya dan Eric.. Eric…

Namun saya tidak menemukan siapapun juga di dalamnya. Hanya ada
sepotong kain butut tergeletak di lantai tanah. Saya mengambil seraya
mengamatinya dengan seksama… Mata mulai berkaca-kaca, saya mengenali
potongan kain tersebut sebagai bekas baju butut yang dulu dikenakan
Eric sehari-harinya. Saya sempat kaget sebab suasana saat itu gelap
sekali. Kemudian terlihatlah wajah orang itu yang demikian kotor.
Ternyata ia seorang wanita tua. Kembali saya tersentak kaget manakala
ia tiba-tiba menegur saya dengan suaranya yang parau.

“Heii…! Siapa kamu?! Mau apa kau kemari?!”

Dengan memberanikan diri, saya pun bertanya, “Ibu, apa ibu kenal
dengan seorang anak bernama Eric yang dulu tinggal di sini?”

Ia menjawab, “Kalau kamu ibunya, kamu sungguh tega, Tahukah kamu, 10
tahun yang lalu sejak kamu meninggalkannya di sini, Eric terus
menunggu ibunya dan memanggil, ‘Mommy…, mommy!’ Karena tidak tega,
saya terkadang memberinya makan dan mengajaknya tinggal Bersama saya.
Walaupun saya orang miskin dan hanya bekerja sebagai pemulung sampah,
namun saya tidak akan meninggalkan anak saya seperti itu! Tiga bulan
yang lalu Eric meninggalkan secarik kertas ini. Ia belajar menulis
setiap hari selama bertahun-tahun hanya untuk menulis ini untukmu…”

Saya pun membaca tulisan di kertas itu…

“Mommy, mengapa Mommy tidak pernah kembali lagi…? Mommy marah sama
Eric, ya? Mom, biarlah Eric yang pergi saja, tapi Mommy harus berjanji
kalau Mommy tidak akan marah lagi sama Eric. Bye, Mom…”

Saya menjerit histeris membaca surat itu. “Bu, tolong katakan…
katakan di mana ia sekarang? Saya berjanji akan meyayanginya sekarang!
Saya tidak akan meninggalkannya lagi, Bu! Tolong katakan..!!”

Brad memeluk tubuh saya yang bergetar keras.

“Nyonya, semua sudah terlambat. Sehari sebelum nyonya datang, Eric
telah meninggal dunia. Ia meninggal di belakang gubuk ini. Tubuhnya
sangat kurus, ia sangat lemah. Hanya demi menunggumu ia rela bertahan
di belakang gubuk ini tanpa ia berani masuk ke dalamnya. Ia takut
apabila Mommy-nya datang, Mommy-nya akan pergi lagi bila melihatnya
ada di dalam sana… Ia hanya berharap dapat melihat Mommy-nya dari
belakang gubuk ini… Meskipun hujan deras, dengan kondisinya yang
lemah ia terus bersikeras menunggu Nyonya di sana.”


Cristine Wili

Minggu, 01 Agustus 2010

Masalah Adalah Tantangan

Tetaplah bergerak maju, sekalipun lambat. Karena dalam, keadaan tetap bergerak, anda menciptakan kemajuan. Adalah jauh lebih baik bergerak maju, sekalipun pelan, daripada tidak bergerak sama sekali.


Bila anda menganggap masalah sebagai beban, anda mungkin akan menghindarinya. Bila anda menganggap masalah sebagai tantangan, anda mungkin
akan menghadapinya. Namun, masalah dalah hadiah yang dapat anda terima
dengan suka cita. Dengan pandangan tajam, anda melihat keberhasilan dibalik setiap masalah.

Masalah adalah anak tangga menuju kekuatan yang lebih tinggi. Maka, hadapilah dan ubahlah menjadi kekuatan untuk sukses anda. Tanpa masalah, anda tak layak memasuki jalur keberhasilan. Bahkan hidup ini pun masalah, karena itu terimalah sebagai hadiah.

Hadiah terbesar yang dapat diberikan oleh induk elang pada anak-anaknya bukanlah serpihan-serpihan makanan pagi. Bukan pula, eraman hangat di malam-malam yang dingin. Namun, ketika mereka melempar anak-anak itu dari tebing yang tinggi. Detik pertama anak-anak elang itu menganggap induk mereka sungguh keterlaluan, menjerit ketakutan, matilah aku!
Sesaat kemudian, bukan kematian yang kita terima, namun kesejatian diri sebagai elang, yaitu terbang. Bila anda tak berani mengatasi masalah, anda tak akan menjadi seseorang yang sejati.

Keberhasilan tidak diukur dengan apa yang telah anda raih, namun kegagalan yang telah anda hadapi, dan keberanian yang membuat anda tetap berjuang melawan rintangan yang bertubi-tubi.

Apa yang anda raih sekarang adalah hasil dari usaha-usaha kecil yang anda lakukan terus menerus. Keberhasilan bukan sesuatu yang turun begitu saja. Bila anda yakin pada tujuan dan jalan anda, maka anda harus memiliki ketekunan untuk berusaha. Ketekunan adalah kemampuan anda untuk bertahan di tengah tekanan yang dan kesulitan. Jangan hanya berhenti
pada langkah pertama!

Yang memisahkan perahu dengan pantai harapan adalah topan badai, gelombang dan batu karang. Yang memisahkan anda dengan keberhasilan adalah msalah yang menantang. Disitulah tanda kesejatian teruji. Hakikatnya perahu adalah berlayar menembus segala rintangan. Hakikat diri anda adalah berkarya menemukan kebahagiaan.

Jangan terkecoh dengan keberhasilan seseorang. Di balik kejayaan selalu ada jalan panjang yang berisikan catatan perjauangan dan pengorbanan. Keringat dan kepayahan. Tak ada jalan pintas untuk sebuah kesuksesan. Bila anda terpesona pada kenyamanan yang diberikan oleh kesuksesan, anda bisa lupa dari keharusan untuk berupaya. Namun bila anda terkagum
pada ketegaran seseoarang dalam berusaha, anda akan menyerap energi kekuatan, keberanian dan kesabaran. Tak ada harga diskon untuk sebuah keberhasilan. Ada harga yang harus dibayar untuk meraih keberhasilan itu.

Berusahalah terus!

Mulailah dengan hal kecil, dan jangan berhenti. Bertumbuhlah,
belajarlah, dan kembangkan pencapaian anda. Sukses bukan dicapai oleh orang
yang memulai dengan hal yang besar, tetapi oleh orang yang memelihara
momentumnya dalam waktu yang cukup panjang, hingga pekerjaannya menjadi
karya besar.

Apapun yang anda lakukan, lakukanlah dengan kebaikan hati.
Keberhasilan bukan semata-mata karena kekuatan otot dan ketajaman pikiran. Anda
perlu bertindak dengan kelembutan hati. Sukses tidak selalu dibangun di
atas upaya sendiri. Di balik semua pencapaian terselip pengorbanan
orang lain. Hanya bila anda melakukannya dengan kebaikan hati, siapapun
rela berkorban untuk keberhasilan anda.

Seorang bijak berujar. ”Bila busur anda patah dan anak panah
penghabisan telah dilontarkan, tetaplah membidik. Bidiklah dengan seluruh
hatimu.” Semua tindakan anda bagaikan bumerang yang akan kembali pada anda.
Bila anda melempar dengan baik, ia akan kembali dalam tangkapan anda.
Namun, bila anda ceroboh melemparkannya, ia akan datang untuk melukai
anda. Renungkan bagaimana tindakan anda sekarang ini. Lakukan segala
semuanya dengan tulus dan penuh kasih sayang. Tiada yang lebih manis
daripada memetik buah atas kebaikan yang anda lakukan.
Have a positive day!

Salam Inspirasi,
Mohamad Yunus
“Kita MenCIPTAkan Realita Kita Sendiri”

Badai Pasti Berlalu


Pada suatu hari, seperti biasanya kami bekendaraan menuju ke suatu tempat.
Dan aku yg mengemudi. Setelah beberapa puluh kilometer, tiba-tiba awan hitam
datang bersama angin kencang. Langit menjadi gelap. Kulihat beberapa kendaraan
mulai menepi & berhenti.

"Bagaimana Ayah? Kita berhenti?", aku bertanya.
"Teruslah mengemudi!", kata Ayah.
Aku tetap menjalankan mobilku.
Langit makin gelap, angin bertiup makin kencang. Hujanpun turun.
Beberapa pohon bertumbangan, bahkan ada yg diterbangkan angin. Suasana sangat
menakutkan.Kulihat kendaraan² besar juga mulai menepi & berhenti.



"Ayah...?"
"Teruslah mengemudi!" kata Ayah sambil terus melihat ke depan.
Aku tetap mengemudi dng bersusah payah.
Hujan lebat menghalangi pandanganku sampai hanya berjarak beberapa meter saja.
Anginpun mengguncang²kan mobil kecilku.
Aku mulai takut.
Tapi aku tetap mengemudi walaupun sangat perlahan.

Setelah melewati beberapa kilometer ke depan, kurasakan hujan mulai mereda & angin
mulai berkurang. Setelah beberapa killometer lagi, sampailah kami pada daerah yang
kering & kami melihat matahari bersinar muncul dari balik awan.

"Silakan kalau mau berhenti dan keluarlah", kata Ayah tiba².
"Kenapa sekarang?", tanyaku heran.
"Agar engkau bisa melihat dirimu seandainya engkau berhenti di tengah badai".

Aku berhenti & keluar. Kulihat jauh di belakang sana badai masih berlangsung.
Aku membayangkan mereka yg terjebak di sana dan berdoa, smg mereka selamat.
Dan aku mengerti bahwa
jangan pernah berhenti di tengah badai karena akan terjebak dalam ketidakpastian & ketakutan kapan badai akan berakhir serta apa yg akan terjadi selanjutnya.


Jika kita sedang menghadapi "badai" kehidupan, teruslah berjalan, jangan berhenti,
Jangan putus asa karena kita akan tenggelam dalam keadaan yang terus kacau, menakutkan
& penuh ketidak-pastian.

Lakukan saja apa yang dapat kita lakukan, & yakinkan diri bahwa BADAI PASTI BERLALU.

Have a positive day!

Salam Inspirasi


Mohamad Yunus, CHt, CPHR, MNLP
“MIND and BODY are ONE”

Belajar Dari Pemulung

Seperti biasa, saya jalan kaki dari rumah ke tempat pangkalan angkot, untuk menuju tempat usaha saya. Letaknya tidak terlalu jauh, kurang dari 5 KM.

Di tengah perjalanan saya selalu mengamati sekeliling, ada banyak hal yang saya temui, hal-hal yang membuat saya lebih bersyukur atas nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT.

Pagi ini saya berpapasan dengan dua orang pemulung, umurnya sudah cukup pantas memiliki cucu.

Saya tidak berani menatap dalam-dalam terhadap mereka, karena saya akan meneteskan air mata.

Hal yang luar biasa dari mereka adalah betapa tenang, pasrah & tanpa malu melakukannya, atau mungkin mereka sebenarnya malu berprofesi sebagai pemulung, namun keadaan yang memaksa mereka seperti sekarang ini.

Coba kita telusuri dalam-dalam kehidupan mereka. Mereka mempunyai istri dan anak, kemungkinan besar anaknya lebih dari satu. Berapa besar resiko dapur dan biaya sekolah anak-anaknya?. Untuk mereka cukup besar, belum lagi biaya sekolah yang katanya gratis, namun pada kenyataannya harus membayar ini dan itu. Wow betapa besar beban mereka.

Saya tidak yakin mereka berpenghasilan seratus ribu perharinya. Beberapa waktu yang lalu saya sempat berbincang-bincang dengan tukang ojek, penghasilan mereka kurang lebih hanya lima puluh ribu perhari, dari pagi sampai sore. Namun demikian mereka tidak lantas membebani saudara atau tetangganya.

Orang-orang seperti itu tentu banyak disekitar kita, atau mungkin diantara pembaca memiliki saudara yang berprofesi sama dengan orang-orang yang saya ceritakan di atas.

Bandingkan dengan kehidupan kita sekarang! Sepertinya kita tidak pantas berkeluh kesah menghadapi dunia yang sering dianggap berat oleh orang kebanyakan.

Ah, mereka telah menginspirasi saya, betapa nikmatnya kehidupan saya, sampai saat ini masih diberi kesehatan lengkap dengan akal pikiran yang masih berfungsi dengan baik.

Sikap Kita Menentukan Segalanya

Beberapa tahun yang lalu, saat saya melakukan perjalanan ke Amerika Serikat, saya sedang menanti di ruang tunggu bandara ketika saya membaca sebuah puisi yang dimuat di sebuah majalan.

Saya percaya, bahwa secara keseluruhan puisi ini merangkum peranan kita dalam mencapai masa depan yang sukses.

SIKAP

Semakin lama saya hidup, semakin saya sadar
Akan pengaruh sikap dalam kehidupan

Sikap lebih penting daripada ilmu,
daripada uang, daripada kesempatan,
daripada kegagalan, daripada keberhasilan,
daripada apapun yang mungkin dikatakan
atau dilakukan seseorang.

Sikap lebih penting
daripada penampilan, karunia, atau keahlian.
Hal yang paling menakjubkan adalah
Kita memiliki pilihan untuk menghasilkan
sikap yang kita miliki pada hari itu.

Kita tidak dapat mengubah masa lalu
Kita tidak dapat mengubah tingkah laku orang
Kita tidak dapat mengubah apa yang pasti terjadi

Satu hal yang dapat kita ubah
adalah satu hal yang dapat kita kontrol,
dan itu adalah sikap kita.

Saya semakin yakin bahwa hidup adalah
10 persen dari apa yang sebenarnya terjadi pada diri kita,
dan 90 persen adalah bagaimana sikap kita menghadapinya.

Akhirnya: Seluruh pilihan terletak di tangan Anda, tidak ada JIKA atau TETAPI. Andalah pengemudinya. Andalah yang menentukan JALAN HIDUP ANDA…!


disadur dari katamutiara.com

Kamis, 29 Juli 2010

Titik Es Dalam Hati

Di sebuah perusahaan rel kereta api ada seorang pegawai, namanya Nick. Dia sangat rajin bekerja, dan sangat bertanggung jawab, tetapi dia mempunyai satu kekurangan, yaitu dia tidak mempunyai harapan apapun terhadap hidupnya, dia melihat dunia ini dengan pandangan tanpa harapan sama sekali.

Pada suatu hari semua karyawan bergegas untuk merayakan ulang tahun bos mereka, semuanya pulang lebih awal dengan cepat sekali. Yang tidak sengaja terjadi adalah, Nick terkunci di sebuah mobil pengangkut es yang belum sempat dibetulkan. Nick berteriak, memukul pintu dengan keras, semua orang di kantor sudah pergi merayakan ulang tahun bosnya, maka tidak ada yang mendengarnya.

Tangannya sudah merah kebengkak-bengkakan memukul pintu mobil itu, suaranya sudah serak akibat berteriak terus, tetapi tetap tidak ada orang yang mempedulikannya, akhirnya dia duduk di dalam sambil menghelakan nafas yang panjang. Semakin dia berpikir semakin dia merasa takut, dalam hatinya dia berpikir: Dalam mobil pengangkut es suhunya pasti di bawah 0 derajat, kalau dia tidak segera keluar dari situ, pasti akan matikedinginan. Dia terpaksa dengan tangan yang gemetar, mencari secarik kertas dan sebuah bolpen, menuliskan surat wasiatnya.

Keesokkan harinya, semua karyawan pun datang bekerja. Mereka membuka pintu mobil pengangkut es tersebut, dan sangat terkejut menemukan Nick yang terbaring di dalam. Mereka segera mengantarkan Nick untuk ditolong, tetapi dia sudah tidak bernyawa lagi.

Tetapi yang paling mereka kagetkan adalah, listrik mobil untuk menghidupkan mesin itu tidak dihubungkan, dalam mobil yang besar itu juga ada cukup oksigen untuknya, yang paling mereka herankan adalah suhu dalam mobil itu hanya 28 derajat saja, tetapi Nick malah mati “kedinginan” !!

Nick bukanlah mati karena suhu dalam mobil terlalu rendah, dia mati dalam titik es di dalam hatinya. Dia sudah menghakimi dirinya sebuah hukuman mati, bagaimana dapat hidup terus?

Percaya dalam diri sendiri adalah sebuah perasaan hati. Orang yang mempunyai rasa percaya diri tidak akan langsung putus asa begitu saja, dia tidak akan langsung berubah sedih terhadap keadaan hidupnya yang jalan kurang lancar.

Tanyalah pada diri kita sendiri, apakah kita sendiri sering langsung memutuskan bahwa kita tidak mampu untuk mengerjakan suatu hal, sehingga kita kehilangan banyak kesempatan untuk menjadi sukses? Kehilangan banyak kesempatan untuk belajar mandiri? Untuk jadi lebih mengerti kehidupan ini?

Yang mempengaruhi semangat kamu bukanlah faktor-faktor dari luar, melainkan hatimu sendiri. Sebelum berusaha sudah dikalahkan oleh diri kita sendiri, biarpun ada banyak bantuan yang tertuju pada dirimu tetap tidak akan membantu.

inspiratif.blogdetik.com

Old Tree


Suatu ketika, di sebuah padang, tersebutlah sebatang pohon rindang. Dahannya rimbun dengan dedaunan. Batangnya tinggi menjulang. Akarnya, tampak menonjol keluar, menembus tanah hingga dalam. Pohon itu, tampak gagah di banding dengan pohon-pohon lain di sekitarnya.

Pohon itupun, menjadi tempat hidup bagi beberapa burung disana. Mereka membuat sarang, dan bergantung hidup pada batang-batangnya. Burung-burung itu membuat lubang, dan mengerami telur-telur mereka dalam kebesaran pohon itu. Pohon itupun merasa senang, mendapatkan teman, saat mengisi hari-harinya yang panjang.

Orang-orang pun bersyukur atas keberadaan pohon tersebut. Mereka kerap singgah, dan berteduh pada kerindangan pohon itu. Orang-orang itu sering duduk, dan membuka bekal makan, di bawah naungan dahan-dahan. “Pohon yang sangat berguna,” begitu ujar mereka setiap selesai berteduh. Lagi-lagi, sang pohon pun bangga mendengar perkataan tadi.

Namun, waktu terus berjalan. Sang pohon pun mulai sakit-sakitan. Daun-daunnya rontok, ranting-rantingnya pun mulai berjatuhan. Tubuhnya, kini mulai kurus dan pucat. Tak ada lagi kegagahan yang dulu di milikinya. Burung-burung pun mulai enggan bersarang disana. Orang yang lewat, tak lagi mau mampir dan singgah untuk berteduh.

Sang pohon pun bersedih. “Ya Tuhan, mengapa begitu berat ujian yang Kau berikan padaku? Aku butuh teman. Tak ada lagi yang mau mendekatiku. Mengapa Kau ambil semua kemuliaan yang pernah aku miliki?” begitu ratap sang pohon, hingga terdengar ke seluruh hutan. “Mengapa tak Kau tumbangkan saja tubuhku, agar aku tak perlu merasakan siksaan ini?” Sang pohon terus menangis, membasahi tubuhnya yang kering.

Musim telah berganti, namun keadaan belumlah mau berubah. Sang pohon tetap kesepian dalam kesendiriannya. Batangnya tampak semakin kering. Ratap dan tangis terus terdengar setiap malam, mengisi malam-malam hening yang panjang.

Hingga pada saat pagi menjelang. “Cittt…cericirit…cittt” Ah suara apa itu? Ternyata, ada seekor anak burung yang baru menetas. Sang pohon terhenyak dalam lamunannya. “Cittt…cericirit…cittt,” suara itu makin keras melengking. Ada lagi anak burung yang baru lahir. Lama kemudian, riuhlah pohon itu atas kelahiran burung-burung baru. Satu… dua… tiga… dan empat anak burung lahir ke dunia. “Ah, doaku di jawab-Nya,” begitu seru sang pohon.

Keesokan harinya, beterbanganlah banyak burung ke arah pohon itu. Mereka,akan membuat sarang-sarang baru. Ternyata, batang kayu yang kering, mengundang burung dengan jenis tertentu tertarik untuk mau bersarang disana. Burung-burung itu merasa lebih hangat berada di dalam batang yang kering, ketimbang sebelumnya. Jumlahnya pun lebih banyak dan lebih beragam. “Ah, kini hariku makin cerah bersama burung-burung ini”, gumam sang pohon dengan berbinar.

Sang pohon pun kembali bergembira. Dan ketika dilihatnya ke bawah, hatinya kembali membuncah. Ada sebatang tunas baru yang muncul di dekat akarnya. Sang Tunas tampak tersenyum. Ah, rupanya, airmata sang pohon tua itu, membuahkan bibit baru yang akan melanjutkan pengabdiannya pada alam.

***

Teman, begitulah. Adakah hikmah yang dapat kita petik disana? Allah memang selalu punya rencana-rencana rahasia buat kita. Allah, dengan kuasa yang Maha Tinggi dan Maha Mulia, akan selalu memberikan jawaban-jawaban buat kita. Walaupun kadang penyelesaiannya tak selalu mudah ditebak, namun, yakinlah, Allah Maha Tahu yang terbaik buat kita.

Saat dititipkan-Nya cobaan buat kita, maka di saat lain, diberikan-Nya kita karunia yang berlimpah. Ujian yang sandingkan-Nya, bukanlah harga mati. Bukanlah suatu hal yang tak dapat disiasati. Saat Allah memberikan cobaan pada sang Pohon, maka, sesungguhnya Allah, sedang MENUNDA memberikan kemuliaan-Nya. Allah tidak memilih untuk menumbangkannya, sebab, Dia menyimpan sejumlah rahasia. Allah, sedang menguji kesabaran yang dimiliki.

Teman, yakinlah, apapun cobaan yang kita hadapi, adalah bagian dari rangkaian kemuliaan yang sedang dipersiapkan-Nya buat kita. Jangan putus asa, jangan lemah hati. Allah, selalu bersama orang-orang yang sabar.

Nice World


Sering kali aku berkata,
ketika orang memuji milikku,
bahwa sesungguhnya ini hanya titipan,
bahwa mobilku hanya titipan Nya,
bahwa rumahku hanya titipan Nya,
bahwa hartaku hanya titipan Nya,
bahwa putraku hanya titipan Nya,

tetapi,
mengapa aku tak pernah bertanya,
mengapa Dia menitipkan padaku?
Untuk apa Dia menitipkan ini pada ku?
Dan kalau bukan milikku,
apa yang harus kulakukan untuk milik Nya ini?
Adakah aku memiliki hak atas sesuatu yang bukan milikku?

Mengapa hatiku justru terasa berat,
ketika titipan itu diminta kembali oleh-Nya ?
Ketika diminta kembali,
kusebut itu sebagai musibah,
kusebut itu sebagai ujian,
kusebut itu sebagai petaka,
kusebut dengan panggilan apa saja
untuk melukiskan bahwa itu adalah derita.

Ketika aku berdoa,
kuminta titipan yang cocok dengan hawa nafsuku,
aku ingin lebih banyak harta,
ingin lebih banyak mobil,
lebih banyak rumah,
lebih banyak popularitas,

Dan kutolak sakit,
kutolak kemiskinan,
Seolah …
semua “derita” adalah hukuman bagiku.
Seolah …
keadilan dan kasih Nya harus berjalan seperti matematika:
aku rajin beribadah,
maka selayaknyalah derita menjauh dariku,
dan Nikmat dunia kerap menghampiriku.
Kuperlakukan Dia seolah mitra dagang,
dan bukan Kekasih.
Kuminta Dia membalas “perlakuan baikku”,
dan menolak keputusanNya yang tak sesuai keinginanku,

Gusti,
padahal tiap hari kuucapkan,
hidup dan matiku hanyalah untuk beribadah…
“ketika langit dan bumi bersatu,
bencana dan keberuntungan sama saja”

(WS Rendra).

Shut Up is Gold?

Diam itu emas, tetapi ada saatnya diam tidak selalu emas.
Jujur itu baik, tetapi ada saatnya jujur tidak selalu baik.
Gagal itu terpuruk, tetapi ada saatnya gagal tidak selalu terpuruk.

Cinta itu indah, tetapi ada saatnya cinta tidak selalu indah.
Mengalah itu lemah, tetapi ada saatnya mengalah tidak selalu lemah.
Mimpi itu khayalan, tetapi ada saatnya mimpi tidak selalu khayalan.

Uang itu segalanya, tetapi ada saatnya uang tidak selalu segalanya.
Dunia itu kejam, tetapi ada saatnya dunia tidak selalu kejam.
Kaya itu keinginan, tetapi ada saatnya kaya tidak selalu keinginan.

Pada waktu tertentu, segala sesuatu yang awalnya kita terka benar tidak selalu demikian. Ada saatnya dimana kita melakukan sesuatu atau menilai orang lain meleset dari “rumus”. Untuk itu, mari gunakan pemberian-Nya untuk mengenali waktu/situasi dan mengetahui sikap yang harus kita lakukan agar kita tidak terpatok pada “rumus” kehidupan yang sudah melekat di alam sadar kita atau bahkan alam bawah sadar kita.

By Suci Nice
Edited by Dihas Enrico

Wawancara Tuhan dan Manusia

Human                 : Selamat Pagi Tuhan,sekiranya Tuhan punya waktu buat saya, saya ingin bicara.
GOD      : Ooo..waktuKU adalah KEKEKALAN,tidak ada masalah tentang waktu. Apa pertanyaanmu?
Human                 : Trimakasih.. Apa yg paling mengherankan bagiMU tentang kami, manusia ini Tuhan?
GOD      : Hahaha.. Kalian itu makhluk yang aneh.

*. Pertama, suka mencemaskan Masa Depan,sampai lupa hari ini.
*. Kedua, kalian hidup seolah olah Tidak Bakal Mati.
*. Ketiga, kalian Cepat Bosan sebagai anak2 dan terburu-buru ingin dewasa.
Namun setelah dewasa rindu lagi ingin menjadi anak-anak  yang suka bertengkar,Ngambek,dan Ribut karena Soalsoal Sepele.
*. Keempat, kalian rela kehilangan kesehatan demi mengejar uang, tettp membayarnya kembali untuk mengembalikan kesehatan itu.
Hal-hal begitulah yang membuat hidup kalian susah.

Human : Lantas apa nasihat Tuhan agar kami bisa hidup BAHAGIA ?
GOD      : Sebenarnya semua nasihat sudah pernah diberikan. Inilah satu lagi keanehan kalian: Suka meLupakan nasihatKU.

-. Baiklah KU ulangi lagi  beberapa yang terpenting :

1. Kalian harus Sadar bahwa mengejar rejeki adalah sebuah keSALAHan. Yang seharusnya kalian lakukan ialah Menata Diri agar kalian Layak diKucuri Rejeki. Jadi Jangan meNgejar Rejeki,tetapi biarlah Rejeki yang meNgejar kalian.

2. Ingat : "Siapa" yang kalian Miliki itu Lebih berHarga dari pada "Apa" yang kalian Punyai. Perbanyaklah teman,kurangi musuh.

3. Jangan Bodoh dangan Cemburu dan memBandingkan yang dimiliki OrangLain. Melainkan berSyukurlah dengan apa yang sudah kalian terima. Khususnya, kenalilah Talenta dan Potensi yang kalian miliki lalu kembangkanlah itu sebaik-baiknya,maka kalian akan menjadi manusia Unggul. Otomatis Rejeki yang akan Mengejar kalian.

4. Ingat orang yang disebut Kaya Bukanlah dia yg berHasil mengumpulkan yg Paling Banyak,tetapi adalah dia yg Paling "Sedikit" memerlukan,sehingga masih sanggup memBeri kepada Sesamanya.
From APP Facebook
Edited by Dihas Enrico